BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Seperti diketahui manajemen pada dasarnya
merupakan proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perencanan
organisasi pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai tujuan
organisasi. Sejalan dengan itu maka manajemen produksi atau operasi merupakan
proses pengambilan keputusan didalam usaha untuk menghasilkan barang atau jasa
sehingga tepat sasaran yang berupa tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah
dengan biaya yang efisien. Oleh karena itu, manajemen produksi atau
operasi mengkaji pengambilan keputusan dalam fungsi produksi atau operasi.
Melalui kegiatan atau operasi segala sumber daya masukan perusahaan
diintegrasikan untuk menghasilkan pengeluaran yang memliki nilai tambah. Produk
yang dihasilkan dapat berupa barang
jadi, barang setengah jadi dan jasa. Oleh karena itu kegiatan produksi atau
operasi menjadi salah satu fungsi utama perusahaan.
Dalam peyusunan makalah ini penulis
memiliki maksud dan tujuan. Adapun maksud penulis adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Dasar-Dasar Bisnis. Sedangan tujuannya, penulis berharap agar
makalah ini bisa memberikan sedikit ilmu pengetahuan tentang manajemen produksi
atau operasi kepada para pembaca.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan
paparan yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas, timbulah
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa maksud dari manajemen produksi atau
operasi dan apa saja yang termasuk ada didalamnya ?
2. Bagaimana kegiatan perencanaan dan keputusan
operasi ?
3. Dalam manajemen produksi atau operasi,
bagaimana cara memilih lokasi, rancangan dan tata letak operasi ?
4. Pengawasan produksi yang seperti apakah
dalam manajemen produksi atau operasi ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan
Sistem Operasi
Operasi merupakan rangkaian kegiatan yang
terdiri dari pengadaan input produksi, melakukan transformasi atau proses produksi untuk
menghasilkan output berupa barang atau jasa berdasar strategi bisnis serta
disesuaikan dengan perubahan lingkungan.[1]
Istilah sistem operasi mengacu pada
sistem transformasi yang menghasilkan barang dan jasa.[2]
Kegiatan operasi tersebut jika
digambarkan:
|
|
|||||||||
|
|||||||||
Kegiatan Operasi dari
Input, Transformasi dan Output[3]
Penentuan Lokasi
Lokasi
perusahaan diperhitungkan ketika suatu bisnis baru akan membuka usahanya dan
atau suatu bisnis yang akan melakukan ekspansi dengan pengembangan internal.
a. Lokasi Bisnis Manufakturing
Bisnis manufakturing
yaitu bisnis yang menghasilkan barang dalam suatu operasinya untuk dijual
kepada konsumen. Penentuan lokasinya didasarkan pada biaya angkut bahan baku
dan atau barang jadi yang paling murah dibanding alternatif lokasi lainnya.
Modal-modal
perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut:
1)
Dasar Perhitungan Kuantitatif
a) Jika pabriknya tunggal dan pasar
sekelompok.
(1) Dengan metode Rate-Volume-Distance
Lokasi perusahaan
ditentukan pada daerah yang perhitungan biaya angkut dari tarif, volume dan
jarak yang paling rendah.
|
Rumus
:
|
C =
Biaya angkut
Ri =
Tarif biaya angkut
Vi= Volume yang diangkut
Di =
Jarak angkut
(2)
Metode
Perbandingan Biaya Produksi
Memilih
lokasi perusahaan dapat dilakukan dengan memperhitungkan biaya operasi total
antar–alternatif lokasi, kemudian diperbandingkan dan dipilih alternatif lokasi
dengan biaya operasi paling rendah.
(3)
Weighted score.
Dalam
metode ini akan diperbandingkan antar-alter-natif lokasi perusahaan dengan
memberikan skor angka untuk masing-masing variabel pada alternatif lokasi. Hal
ini akan mengandung subjktivitas yang tinggi.
b)
Jika
pabriknya lebih dari satu dan pasarnya juga lebih dari satu kelompok.
Prinsip
dalam metode ini adalah perbandingan
biaya angkut barang jadi dari beberapa perusahaan kebeberapa lokasi pasar.
Karena kompleknya perhitungan maka dapat digunakan matriks sebagai alat
bantunya dan simpulannya akan dipilih lokasi yang biaya angkutnya paling rendah
dari alternatif yang lain.[4]
2) Pendekatan
Kualitatif
Lokasi
perusahaan ditentukan karena pertimbangan khusus yang didasarkan pada logika
atau citra daerah.
Misalnya beberapa hal yang mengenai penentuan
lokasi :
a)
Lokasi
dekat bahan baku (pabrik, semen, minyak).
Alasannya
jika dianalisis hasilnya akan seperti logika tersebut sebab untuk bahan alam
yang kandungan semen dan atau minyak akan bercampur dengan tanah atau lumpur sebagai
biaya residu yang biaya angkutnya mahal.
b)
Lokasi
dekat pasar atau tenaga kerja (elektronik)
Alasannya
karena biaya angkut komponen yang masih mengelompok akan lebih murah dibanding
biaya angkut barang jadi yang bentuknya sangat membutuhkan tempat.
c)
Lokasi
pada pertimbangan historis/citra (rokok)
Alasannya
agar tercipta image dari masyarakat bahwa produk tersebut dibuat di daerah di
mana tenaga kerja mampu membuat produk yang berkualitas. [5]
b.
Lokasi
Bisnis Jasa
Bisnis
jasa yang didatangi konsumen prinsip lokasinya adalah strategis, karena tidak
ada biaya angkut, sehingga akan memudahkan konsumen untuk mencari,
mendatanginya. Bisnis jasa yang mendatangi konsumen seperti cleaning service atau lainnya, lokasi
tidak harus strategis tetapi perlu dikomunikasikan kepada konsumen mengenai
alamat atau sarana komunikasinya.[6]
Penentuan Standar
Standar
kerja yang harus ditetapkan meliputi :
1. Standar Kualitas
Standar mengenai kualitas
barang atau jasa yang dihasilkan. Standar kualitas ini mencakup rencana, proses
produksi, monitoring dan tindak lanjut.
2. Standar Kuantitas
Standar mengenai jumlah
barang yang harus dibuat dalam suatu periode waktu tertentu.
3. Standar Waktu Proses
Standar waktu yang
dibutuhkan untuk proses produksi yang normal.
4. Standar Produktivitas
Standar mengenai rasio
antara output dari proses produksi
dan input yang digunakan.[7]
Melakukan
Perencanaan Jumlah Produksi
a. Perhitungan
Forecast Produksi
Forecast
produksi didasarkan pada forecast
penjualan perusahaan. Forecast
penjualan dapat dilakukan dengan metode statistik (trend linear atau trend
nonlinear) dan metode pendapat (jugdement).
Rumus
:
Forecast
produksi = Forecast penjualan +
Persediaan akhir – Persediaan awal
b.
Dari Dasar Perhitungan BEP (Unit)
BEP
(Break Even Point) adalah suatu
keadaan pada titik atau jumlah penjualan itu perusahaan tidak laba dan tidak
rugi yang berarti total biaya (total cost)
sama dengan total pendapatan (total
revenue).
Jumlah
produk dibuat harus lebih besar dari unit terjual pada BEP.
Rumus
BEP linear dalam satuan unit barang (Q) sebagai berikut[8] :
TR
= TC
Q.P/u
= FC + VC/u.Q
Q
(P/u – VC/u) = FC
Maka, (Q)BEP
= FC
P/u – VC/u
TR = Total Revenue P/u =
Price per unit
TC
= Total Cost VC/u
= Variable Cost per unit
VC = Variable Cost Q = Quantity
FC
= Fixed Cost
Pengelolaan
Kegiatan Operasi
1.
Pengaturan
Bahan Baku
Dilakukan dengan mengefisiensikan biaya pemesanan dan
penyimpanan yang akan dikeluarkan dalam satu periode dengan penerapan metode
EOQ jika asumsinya dapat dipenuhi. Sedangkan untuk efisiensi biaya penyimpanan
ekstra (extra carrying cost) dan
pengganti bahan baku (stock out cost) dipergunakan metode ROP ( Re Order
Point).
Metode EOQ dan ROP
memiliki asumsi yang sama yaitu :
1. Bahan baku selalu tersedia pada leveransir
2. Pola produksi yang stabil dalam perusahaan
3. Tarif biaya pesan dan simpan
4. Bahan baku yang dibeli tidak rusak akibat
disimpan
5. Perusahaan memiliki gudang.
Perhitungan jumlah bahan
baku yang harus dibeli agar biaya yang dikeluarkan efisiensi dicari dengan
rumus EOQ sebagai berikut :
Rumus EOQ
Keterangan :
R : kebutuhan bahan
baku selama satu periode perhitungan
O : biaya pesan setiap
kali
C : biaya simpan dalam
gudang persatuan bahan baku
Jika asumsi tersebut
tidak dipenuhi secara keseluruhan maka rumus EOQ tersebut tidak berlaku.[9]
2. Pengaturan Proses Produksi atau Operasi
a. Proses
produksi diatur, sesuai dengan keinginan dan keadaan perusahaan.
1.) Proses produksi arus ada dua jenis :
a.) Proses produksi terus menerus
Proses produksi yang
dilakukan terus menerus sejumlah tertentu kemudian disimpan dalam gudang , disalurkan
ke penyalur dan dijual ke konsumen.
b.) Proses produksi terputus-putus
Prose produksi yang
dilakukan hanya dalam waktu-waktu tertentu saja pada saat harus diproduksi.
2.) Proses produksi pelayanan
a.) Produksi dengan standar
proses produksi yang
didasarkan pada standar perusahaan. Standar tersebut didesain dari informasi
konsumen. Konsumen membeli sebagaimana barang yang distandardisasi tersebut.
b.) Produksi menurut pesanan
Proses produksi dilakukan
untuk membuat barang sebagaimana yang dipesan oleh konsumen.
b. Sifat atau Teknis Produksi
Teknis produksi pada perusahaan
manufaktur ada beberapa jenis yaitu:
1) Proses Ekstraktif
Merupakan proses produksi
yang hanya mengambil dari alam dan sudah menjadi produk akhir, misal emas, batu
bara, dan sebagainya.
2) Proses Analitis
Merupakan kegiatan
produksi yang memisah-misahkan bahan alam menjadi produk akhir, misal minyak,
semen, dan sebagainya.
3) Proses Sintetis
Merupakan kegiatan
produksi dengan mencampur bahan-bahan kemudian diolah menjadi produk akhir,
misal makanan, minuman, obat-obatan dan sebagainya.
4) Proses Pengubahan
Yaitu kegiatan produksi
dengan mengubah bahan menjadi produk akhir misalnya mebelair, elektronik dan
sebagainya.[10]
Pengawasan
Kegiatan Produksi
Pengawasan dalam kegiatan produksi
perlu dilakukan yaitu pada kegiatan perencanaan atau desainnya, proses produksinya,
monitoringnya maupun tindak lanjut dari monitoring itu. Jika itu dilaksanakan
semuanya maka disebut pengawasan terpadu sehingga menjamin produk akhir akan
memenuhi standar yang diinginkan oleh perusahaan sebagaimana yang diminta
konsumen.
1.
Hal-hal
yang Diawasi
a.
Pada
kegiatan proses produksi atau operasi
b.
Pada
kualitas produk atau jasa yang dihasilkan
c.
Pada
biaya produksi atau operasi yang dikeluarkan
d.
Pada
tenaga kerja yang melakukan kegiatan produksi
2.
Waktu
Pengawasan
a.
Pada
saat proses menentukan desain atau rancangan produk
b.
Pada
saat pelaksanaan proses produksi
c.
Pada
aktivitas monitoringnya
d.
Pada
akhir proses produksi
3.
Cara
Pengawasan
1.
Pengawasan
terhadap Produk
a.
Dengan
sertifikasi
Sertifikasi
terhadap produk dapat dilakukan dengan mengupayakan sertifikat berdasar standar
Industri (misal SII), berdasar standar Asosiasi dan sebagainya.
b.
Dengan
Chart untuk produk yang rusak (P. Chart)
Menurut
cara ini, maka selalu dimonitor produk yang rusak atau cacat dalam proses
produksi. Jika barang yang rusak berada dalam batas interval tersebut berarti
kualitas masih standar dan jika melebihi batas atas berarti kualitas proses
produksi di bawah standar.
Jika
digambarkan:
Barang rusak
|
|
|
|
|
P.
Chart
c.
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan
Laboratorium dilakukan untuk mengendalikan kualitas produk terhadap unsur
kimiawinya yang dikandung. Apakah barang yang dihasilkan di atas atau di bawah
standar yang ditetapkan.
d.
Penilaian
dari pendapat konsumen
Pendapat
konsumen didapat dari survei kepada konsumen dengan mengedarkan daftar
pertanyaan untuk dijawab mengenai kualitas produk atau jasa yang dihasilkan
perusahaan.
2.
Pengawasan
terhadap Proses Produksi
a.
Dengan
penerapan Gugus Kendali Mutu (GKM)
Gugus
Kendali Mutu adalah model pengawasan proses produksi dengan membentuk gugus
yang terdiri dari 3 sampai 8 orang yang pekerjaannya sejenis, secara rutin dan
dengan kesadaran sendiri selalu mengawasi pekerjaannya dan jika terdapat
permasalahan dalam pekerjaannya kemudian dicari penyelesainnya saat itu juga.
b.
Perolehan
Sertifikasi ISO
Sertifikat
ISO diberikan pada perusahaan yang memenuhi standar organisasi ISO pada
perencanaannya atau proses produksinya atau pengawasannya atau pada tindak
lanjutnya. Jadi ada audit aktivitas dai internal maupun eksternal.
3.
Pengawasan
terhadap Tenaga Kerja
a.
Dengan
standar produktivitas
Pengawasan
ini dilakukan dengan membandingkan antara kinerja para tenaga kerja dengan
standar yang ditetapkan sebelumnya.
b.
Waskat yaitu pengawasan
terhadap bawahannya langsung dan wasnal
yaitu pengawasan yang ditugaskan pada unit tertentu
4.
Pengawasan
terhadap Biaya Produksi
Dengan
Management Qontrol Systems atau Sistem
Pengendalian Manajemen. Caranya dengan selalu membandingkan antara anggaran
atau standar yang lain dengan realita pembelanjaan di bagian produksi.[11]
Standar
Produktivitas (Productivity)
1.
Tantangan
Penciptaan Productivity
a.
Pertumbuhan
perusahaan menjadi bisnis Internasional, amat sulit untuk dapat menciptakan
tingkat produktivitas standar sesuai dengan pesaing
b.
Pada
perusahaan domestic amat berat untuk dapat menciptakan domistic productivity
2.
|
Ukuran Productivity[12]
B.
Kegiatan Perencanaan dan Keputusan Operasi
Perencanaan Produksi
Proses
produksi akan menghasilkan produk. Pengusaha harus memikirkan tentang mutu
produk yang akan diproduksikannya. Mutu suatu produk akan tergantung dari
berbagai aspek terutama desainnya. Dengan perencanaan terhadap desain produk
yang baik maka dapat kita harapkan bahwa
produk kita akan dapat diterima oleh konsumen dan dengan demikian akan
dapat menopang perkembangannya.
Dalam
merencanakan produk yang akan kita hasilkan itu maka perlu diperhatikan
beberapa hal yaitu:
1. Atribut produk
Atribut yang beraspek
teknis adalah yang berkaitan dengan kemampuan teknis dari produk tersebut
misalnya keawetannya sepeda motor, tidak lunturnya suatu bolpoin, halusnya
karpet, nikmatnya rasa makanan, indahnya taman rekreasi dan sebagainya. Aspek
ini merupakan aspek yang kasat mata atau dapat dilihat dengan mata, telinga,
lidah, maupun kulit kita. Aspek ini sering juga disebut sebagai tangible aspec.
2. Posisi produk
Posisi produk merupakan
suatu pandangan konsumen terhadap posisi dari berbagai produk yang ditawarkan
oleh para businessman padanya. Ada
suatu produk tertentu yang berkenan dihati para konsumen dan ada pula produk
lain yang tidak berkurang berkenan dihatinya. Ada bank yang mempermudah dan ada
pula bank yang menjengkelkannya karena pelayanan yang sangat lamban dan sangat
tidak praktis sehingga menyulitkan nasabahnya padahal dia itu justru akan
menyetorkan kepada bank tersebut.
3. Siklus kehidupan produk
Setiap produk akan selalu
memiliki jangkauan masa hidup yang berbeda-beda. Ada produk yang memiliki masa
hidup yang panjang ada pula yang memiliki masa hidup yang sangat pendek. Pada
umumnya produk-produk yang bersifat modis akan memiliki masa hidup yang pendek.
Produk macam ini akan sangat cepat menjadi tidak disenangi konsumen karena
sudah akan digeser oleh mode yang baru. Masa hidup suatu produk mulai dari saat
dikeluarkan oleh perusahaan ke masyarakat luas sampai dengan menjadi tidak
disenanginya produk tersebut
|
4. Portofolio produk
Prtofolio produk
merupakan keadaan dimana suatu perusahaan memiliki beberapa macam produk yang
dihasilkannya dan dipasarkannya pada masyarakat luas. Dengan demikian maka
perusahaan itu memeliki sekumpulan produk yang harus bersama-sama sekaligus
untuk dipikirkannya.[13]
Keputusan Operasi
1.
Keputusan
Berkaitan dengan Proses
Keputusan mengenai
proses, berkenaan dengan fasilitas yang akan dipakai untuk memproduksi barang
atau jasa. Juga menyangkut tipe peralatan dan teknologi, arus proses,
penyusunan fasilitas, dan aspek-aspek lain yang menyangkut peralatan secara
fisik atau fasilitas jasa. Keputusan mengenai hal ini harus benar-benar
diperhitungkan secara matang karena pada umumnya akan terus dipakai dalam
jangka waktu yang panjang dan tidak mudah diubah-ubah, terlebih bila menyangkut
investasi yang cukup besar.
2.
Keputusan
Berkaitan dengan Kapasitas
Keputusan mengenai
kapasitas diperlukan untuk menghasilkan jumlah produk yang tepat di tempat yang
tepat dan dalam waktu yang tepat pula. Perencanaan kapasitas tidak hanya
menyangkut besarnya fasilitas, tapi juga menyangkut jumlah orang yang dibutuhkan
dalam pengoperasiaannya.
3.
Keputusan
Berkaitan dengan Sediaan
Keputusan berkaitan
dengan sediaan ini mencakup apa yang akan dipesan, berapa banyak, dan kapan
dipesan. Sistem pengendalian sediaan dipakai untuk mengatur bahan-bahan mulai
dari pembeliannya sebagai bahan mentah, proses pembuatannya, sampai menjadi
barang jadi. Manajer sediaan memutuskan berapa banyak barang yang akan disimpan
sebagai sediaan, di mana penyimpanannya, dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan sediaan. Mereka mengelola arus barang dalam perusahaan.
4.
Keputusan
Berkaitan dengan Tenaga Kerja
Keputusan berkaitan
dengan tenaga kerja mencakup bagaimana rekrutmen dilakukan, proses seleksi
diselesaikan, pelatihan dan pengembangan, supervisi, kompensasi, dan PHK.
Pengelolaan tenaga kerja agar bisa bekerja secara produktif, tapi tetap
manusiawi adalah kunci keberhasilan dari bagian operasi.
5.
Keputusan
Berkaitan dengan Mutu
Salah satu fungsi
terpenting dari bagian operasi adalah bertanggungjawab atas mutu barang atau
jasa yang dihasilkan. Karena akan mempengaruhi organisasi secara luas,
keputusan yang menyangkut penentuan mutu produk ini harus selalu menjadi
orientasi bersama dalam setiap proses operasi: penetapan standar, desain
peralatan, pemilihan orang-orang terlatih, dan pengawasan terhadap produk yang
dihasilkan.[14]
Tipe Kebijakan
|
Bidang Kebijakan
|
Pilihan Strategis
|
Proses
|
Rentang
Proses
Otomatisasia
Alur
Proses
|
Membuat
atau membeli
Dibuat
dengan tangan atau mesin
Otomatisasi
fleksibel atau yang kaku
Proyek,
kelompok, lini, atau berkesinambungan
|
Kapasitas
|
Ukuran
fasilitas
Lokasi
Investasi
|
Investasi
satu fasilitas besar atau beberapa fasilitas kecil
Mendekati
pasar, biaya rendah, atau pasar luar negeri
Tetap
atau sementara
|
Sediaan
|
Jumlah
Distribusi
Sistem
Pengendalian
|
Sediaan
tingkat tinggi atau rendah
Sentralisasi
atau desentralisasi gudang
Pengendalian
rinci atau kurang rinci
|
Tenaga
Kerja
|
Spesialisasi
Pekerjaan
Pengawasan
Sistem
upah
Susunan
pegawai
|
Spesialisasi
tingkat tinggi atau rendah
Sentralisasi
atau desentralisasi
Bentuk
insentif tinggi atau rendah
Sedikit
atau banyak staf
|
Kualitas
|
Pendekatan
Pelatihan
Pemasok
|
Pencegahan
atau inspeksi
Pelatihan
teknis atau manajerial
Terpilih
berdasarkan mutu atau harga[15]
|
C.
Memilih Lokasi, Rancangan dan Tata Letak Operasi
Memilih Lokasi
Sebuah
keputusan penting dalam manajemen produksi
ialah pemilihan lokasi untuk pabrik atau kantor. Lokasi akan banyak mempengaruhi biaya
prooduksi dan kemampuan bersaing perusahaan itu dengan perusahaan lain.
Terutama untuk perusahaan industri seperti Bethlehem Steel dan Daimler Chrysler
yang memerlukan investasi mesin dan peralatan yang besar. Pilihan lokasi juga
dapat menentukan penghasilan karena jika produk dijual di lokasi hal ini akan
mempengaruhi permintaan terhadap produk.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pilihan Lokasi
a. Biaya Ruang Kerja
Biaya untuk membeli ruang
kerja (seperti gedung atau kantor) dapat berbeda dari satu lokasi ke lokasi
lain. Ini salah satu alasan penting mengapa perusahaan yang berlokasi di
kota-kota Utara merelokasi ke selatan selama sepuluh tahun terakhir. Biaya ruang kerja kemungkinan akan makin
tinggi semakin dekat letaknya ke pusat bisnis di mana biaya tanah mahal. W.R.
Grace dan IBM baru-baru ini memindahkan sebagian fasilitasnya ke lokasi di mana
harga tanah lebih rendah.
b. Biaya Tenaga Kerja
Biaya untuk menggaji
karyawan bervariasi antar lokasi. Gaji di kota cenderung lebih tinggi daripada
di luar kota untuk jenis pekerjaan tertentu. Gaji biasanya lebih tinggi pula di
utara daripada di selatan untuk pekerjaan tertentu.
c. Insentif Pajak
Beberapa pemerintah
daerah bersedia menawarkan kredit pajak untuk menarik perusahaan ke daerah
mereka. Insentif ini diberikan untuk menambah lapangan kerja dan memperbaiki
kondisi ekonomi di daerah itu.
d. Sumber Permintaan
Jika perusahaan berencana
untuk menjual produknya di lokasi tertentu, perusahaan itu mungkin menetapkan
lokasinya di situ. Biaya trasportasi dan jasa produk dapat dikurangi dengan
memproduksi di lokasi yang dekat sumber permintaan.
e. Akses ke Transportasi
Apabila perusahaan
menjual produknya di seluruh negeri, mereka akan memilih lokasi dekat sumber
utama transportasinya. Mereka juga harus mudah dicapai agar dapat menerima
bahan baku yang dikirimkan kepadanya. Beberapa pabrik dan kantor memilih lokasi
dekat jalan raya antar daerah, dekat sungai atau lapangan terbang untuk alasan
yang sama.
f. Ketersediaan Tenaga Kerja
Perusahaan yang
merencanakan untuk menyewa pekerja spesialis harus dapat menarik tenaga kerja
yang diperlukan. Mereka dapat memilih lokasi di mana banyak terdapat tenaga
kerja dengan keahlian khusus yang diperlukan. Misalnya, perusahaan teknologi
tinggi cenderung memilih tempat dekat universitas di mana terdapat banyak
tenaga kerja berpendidikan cukup.[16]
Memilih Rancangan dan
Tata Letak
Setelah
lokasi untuk pabrik atau kantor dipilih, rancangan (design) dan tata letak (lay
out) harus ditentukan. Rancangan menunjukkan ukuran dan struktur pabrik atau
kantor. Tata letak adalah pengaturan mesin dan perlengkapan di dalam pabrik atau
kantor. Keputusan mengenai rancangan dan tata letak mempengaruhi biaya operasi
secara langsung karena keputusan ini menentukan harga sewa, mesin, dan
perlengkapan.
Faktor faktor yang
mempengaruhi rancangan dan tata letak
1. Karakteristik lokasi
Keputusan rancangan dan
tata letak tergantung beberapa karakteristik lokasi yang dipilih. Misalnya,
jika lokasi terdapat di daerah yang biaya lahannya mahal, dapat dirancang
gedung tingkat tinggi agar mengurangi lahan yang dibutuhkan. Tata letak pabrik
kemudian dipengaruhi oleh rancangan itu.
2. Proses Produksi
Rancangan dan tata letak
juga tergantung pada proses produksi yang digunakan. Jika akan dipakai operasi
jalur produksi (assembly line), semua
pekerjaan di dalam operasi ini harus berada di tempat yang berdekatan. Tata
letak produk menempatkan tugas sesuai urutan pengerjaannya. Misalnya, satu
orang khusus membuat komponen, orang berikut merakit komponen, dan orang
selanjutnya mengemas komponen. Tata letak produk ini biasa dipakai untuk
produksi assembly line.
Sebagai alternatif
beberapa produk (seperti pesawat terbang, kapal, atau rumah) seluruhnya dibuat
dalam satu posisi tetap, yang membutuhkan tata letak posisi tetap.
Rancangan dan tata letak
harus memungkinkan urutan tugas berlangsung dengan efisien. Misalnya, proses
produksi biasanya diselesaikan dekat pintu keluar pabrik sehingga produk jadi
mudah diangkut ke atas truk. Banyak perusahaan ini memakai produksi fleksibel,
proses produksi yang mudah disesuaikan untuk revisi di masa mendatang. Ini
memungkinkan perusahaan merestrukturisasi tata letak sesuai keperluan apabila
jenis produk perlu diubah.
Tata letak fleksibel
umumnya mensyaratkan bahwa karyawan memiliki keterampilan fleksibel. Meskipun
para karyawan mempunyai keahlian khusus, mereka harus punya keterampilan lain
sehingga apabila tata letak pabrik diatur kembali, mereka dapat mengerjakan
produk lain.
3. Jenis produk
Kebanyakan perusahaan
membuat satu barang atau jasa di lokasinya. Perusahaan dengan jenis produk
sempit mengkhususkan diri pada satu produk atau sedikit produk. Perusahaan
dengan jenis produk luas menawarkan produk dengan kisaran luas. Perusahaan
demikian harus memiliki rancangan dan tata letak yang dapat direvisi apabila
jenis produk diubah.
Dengan berubahnya selera
pasar, permintaan terhadap produk juga berubah. Tata letak harus direvisi
seiring dengan perubahan tersebut. Misalnya, popularitas kendaraan sports
utility membuat banyak produsen mobil mengubah tata letaknya untuk memproduksi
mobil jenis ini. Alokasi ruangan lebih untuk satu produk akan menyita ruangan
dari produk lain, kecuali jika rancangan awal membeli ruang tambahan untuk
ekspansi.
4. Kapasitas Produksi yang diinginkan
Ketika merencanakan
rancangan dan tata letak, kapasitas produksi yang diinginkan oleh perusahaan
itu (tingkat produksi maksimum yang mungkin) harus dipikirkan. Banyak
perusahaan yang mencoba merencanakan pertumbuhan dengan memberi keluwesan untuk
meningkatkan kapasitas produksi seiring waktu. Rancangan gedung dapat dibuat
dengan kemungkinan untuk menambah tingkat satu saat nanti. Tata letak yang
benar dapat memberi lebih banyak kemungkinan untuk produksi tambahan.
Jika perusahaan tidak
merencanakan pertumbuhan, mereka terpaksa mencari lokasi baru apabila
permintaan terhadap produknya melebihi kapasitas produksinya. Apabila
perusahaan mempertahankan lokasi yang ada dan berekspansi ke lokasi ke dua,
perusahaan itu harus menempatkan mesin dan posisi kerja yang sama seperti pada
lokasi semula. Akibatnya, efesiensi produksi cenderung turun. Untuk menghindari
hal ini perusahaan itu dapat merelokasi ke tempat baru dengan kapasitas lebih
besar. Namun, untuk menilai kembali semua lokasi pabrik yang potensial dan
mengembangkan rancangan dan tata letak baru memerlukan banyak biaya. Biaya
tersebut dapat dihindari jika tata letak di tempat semula memungkinkan
pertumbuhan.
Meskipun idealnya
memiliki tata letak yang dapat menampung pertumbuhan, namun hal ini juga mahal.
Perusahaan harus menanam dana tambahan untuk memperoleh tambahan lahan atau
ruangan. Investasi ini menyita biaya yang lebih baik dipergunakan untuk tujuan
lain. Selanjutnya jika pertumbuhan tidak terjadi, perusahaan itu mempunyai tata
letak yang tidak efisien. Karena sebagian ruangan itu dibiarkan tidak terpakai.[17]
D.
Pengawasan Produksi
a. Pembelian bahan baku
Para
manajer melakukan tugas-tugas berikut ketika membeli persediaan bahan. Pertama,
mereka harus memilih pemasok. Kedua, mereka mencoba mendapatkan potongan harga
menurut volume. Ketiga, mereka harus menentukan apakah akan menyerahkan
beberapa tugas produksi ke pemasok.
· Memilih pemasok bahan baku
Untuk memilih di antara
berbagai pemasok, perusahaan harus memperhatikan karakteristik seperti harga, kecepatan,
kualitas, layanan, dan ketersediaan kredit.
Pendekatan umum untuk menilai pemasok ialah dengan mendapatkan harga
dari setiap pemasok. Kemudian dapatkan
sampel dari masing-masing pemasok dan periksa kualitasnya. Dua atau tiga
pemasok dapat dipilih menurut kriteria ini. Lalu pemasok ini diminta memberikan informasi
tambahan mengenai kecepatan pengiriman dan jaminan layanan jika ada masalah
dalam pengiriman. Perusahaan kemudian dapat mencoba satu pemasok dan menilai
keandalannya selama waktu tertentu.
Beberapa perusahaan menghindari ketergantungan pada pemasok tunggal karena
apabila timbul masalah dari pemasok itu akan berdampak besar terhadap
perusahaan.
· Memperoleh diskon volume
Perusahaan yang membeli bahan baku dari pemasok
dapat memperoleh potongan harga pasokan meski kualitas dipertahankan.
· Menyerahkan produksi kepada pemasok
Para produsen biasa
melakukan outsourcing, yaitu mereka
membeli komponen dari pemasok daripada memproduksi komponen itu. Beberapa
produsen bahkan telah mulai
mendelegasikan beberapa bagian proses produksi kepada para pemasok. Sebagai contoh, sebuah perusahaan terletak di
kota di mana gaji umumnya lebih tinggi. Anggaplah bahwa sudah kebiasaan
perusahaan ini memesan beberapa
komponen dari pemasok dan merakitnya di pabriknya sendiri. Mungkin lebih
baik jika pemasok itu merakit sebagian komponen itu sebelum mengirimnya ke
produsen. Sebagian tugas perakitan dialihkan ke pemasok. Perakitan sebagian
oleh pemasok mungkin lebih murah
daripada membayar karyawan bergaji tinggi di pabrik manufaktur.
Strategi menyerahkan
sebagian tugas produksi kepada pemasok disebut deintegrasi dan digambarkan
dalam gambar berikut.
Proses
Produksi Sebelumnya
|
||||||||||||
|
||||||||||||
|
||||||||||||
Proses Produksi Kemudian
b.
Pengawasan
Persediaan Bahan Baku
Apabila
perusahaan kelebihan stok bahan baku, mereka mungkin perlu meminjam lebih
banyak dana lagi untuk membiayai persediaan ini. Hal ini akan meningkatkan apa
yang disebut biaya pemeliharaan. Biaya pemeliharaan termasuk biaya pendanaan
maupun biaya penyimpanan atau asuransi barang persediaan tersebut. Meskipun
perusahaan berupaya mengurangi biaya pemeliharaan dengan sering memesan bahan
baku dalam jumlah kecil, strategi pembelian bahan baku biasanya akan mengurangi
biaya pemeliharaan namun menambah biaya pemesanan, atau sebaliknya.
Cara
yang digemari untuk mengurangi biaya pemeliharaan ialah melalui system just-in-time (JIT) yang dirintis oleh
perusahaan Jepang. Sistem ini mencoba mengurangi persediaan bahan baku
seminimal mungkin dengan cara sering memesan bahan baku dalam jumlah kecil. Hal
ini dapat mengurangi biaya untuk memelihara persediaan . Namun ada ongkos waktu
manajerial yang dibutuhkan untuk sering melakukan pemesanan dan pengiriman.
Selain itu, system just-in-time dapat
berakibat kekurangan jika penerapannya salah.
Perencanaan
kebutuhan bahan baku (MRP) adalah proses untuk
menjamin bahwa bahan baku tersedia bila diperlukan. MRP biasanya membutuhkan
computer dan perencanaan membantu para manajer menentukan jumlah bahan baku
spesifik yang harus dibeli setiap saat. Langkah pertama dalam MRP ialah
menghitung ke belakang dari produk jadi sampai awal untuk menentukan berapa
lama bahan baku itu dibutuhkan dimuka sebelum produk sepenuhnya selesai.
Contohnya, jika komputer harus selesai dirakit pada tanggal tertentu, komponen
komputer itu harus tiba pada tanggal tertentu sebelum tanggal itu, berarti
harus dipesan lebih awal lagi. Ketika perusahaan memprediksi permintaan
terhadap produknya di masa mendatang, waktu bahan baku harus datang dapat
ditentukan untuk mencapai tingkat produksi yang memenuhi permintaan yang
diprediksi
.
Pengawasan persediaan Work-in-Process
Perusahaan
harus dapat pula mengelola persediaan barang yang sedang dikerjakan
(work-in-process), yang merupakan persediaan produk yang baru. Akibat dari
kekurangan persediaan bahan baku atau persediaan work-in-process adalah
terhentinya produksi, sedangkan akibat dari kekurangan barang jadi adalah
batalnya penjualan. Kekurangan persediaan produk jadi mungkin disebabkan oleh
kekurangan persediaan bahan baku atau persediaan work-in-process.
Pengawasan
Persediaan Barang Jadi
Jika
permintaan terhadap produk perusahaan satu saat berubah, para manajer perlu
memantau perbedaan dalam penawaran-permintaan yang diharapkan. Jika
diantisipasi persediaan berlebih dari suatu produk, perusahaan dapat
menghindari persediaan berlebihan dengan mengalihkan sumber dayanya kearah
produk lain. Sebagai alternatif, perusahaan yang mengalami kelebihan persediaan
produk dapat melanjutkan jadwal produksi normalnya dan melakukan strategi
pemasaran (seperti pemasangan iklan) yang akan meningkatkan permintaan.
Jika
diantisipasi permintaan akan naik, perusahaan perlu memikirkan akan kekurangan
produk dan harus mengembangkan strategi untuk meningkatkan volume produksi.
Mungkin dijadwalkan kerja lembur untuk karyawan atau menyewa pegawai baru untuk
mendapatkan tingkat produksi yang lebih tinggi.
Apabila
perkiraan permintaan terlalu rendah, perusahaan mungkin tidak memproduksi
jumlah yang cukup untuk memenuhi semua pelanggan. Maka beberapa perusahaan
menyimpan lebih banyak stok daripada volume penjualan yang diperkirakan.
Selain
mencoba menghindari kekurangan, perusahaan berusaha pula untuk menghindari
adanya stok produk yang berlebih. Apabila perusahaan memproduksi terlalu
banyak, kadang-kadang mereka menjual produk dengan harga lebih rendah hanya
untuk mengurangi kelebihan persediaannya.
Routing
Routing
ialah urutan (atau rute) tugas yang perlu untuk menghasilkan sebuah produk.
Bahan baku biasanya dikirim ke masing-masing pos kerja (work station) agar dapat dipakai sesuai spesifikasi proses
produksi. Bagian tertentu dari proses produksi diselesaikan di setiap pos
kerja. Misalnya, produksi sepeda memerlukan (1) memakai bahan untuk kerangka
sepeda di satu pos kerja, (2) merakit roda pada pos kerja ke dua ,(3) mengemas
kerangka dan roda yang telah dirakit pada pos kerja ke tiga.
Proses
routing dievaluasi secara periodik
untuk menentukan apakah bisa ditingkatkan sehingga mendapatkan proses produksi
yang lebih cepat dan murah.
Beberapa
tahun terakhir banyak perusahaan merevisi routing-nya
sehingga lebih banyak outsourcing. Beberapa
perusahaan mengandalkan perusahaan lain untuk membuat produknya. Misalnya,
Hewlett-Packard biasanya mengandalkan Solectron Corporation untuk memproduksi
printernya sesuai dengan spesifikasi mereka. Dengan cara ini, Hewlett-Packard
pun lebih berkonsentrasi pada pemasaran printernya.
Kemampuan
perusahaan yang menjalankan outsourcing untuk
memenuhi jadwal produksi tergantung pada perusahaan manufaktur yang diandalkan
olehnya. Oleh sebab itu, perusahaan harus sangat berhati-hati apabila memberi
tugas kepada perusahaan manufaktur untuk memproduksi barangnya.
Penjadwalan
Penjadwalan adalah tindakan menetapkan periode
waktu untuk setiap tugas dalam proses produksi. Jadwal produksi adalah rencana
untuk timing dan volume tugas
produksi. Misalnya, jadwal produksi untuk sepeda mungkin menetapkan waktu dua
jam untuk merakit setiap kerangka dan satu jam untuk setiap roda. Penjadwalan
penting karena menetapkan jumlah prroduksi yang harus dicapai di setiap pos
kerja selama jumlah hari atau minggu tertentu. Selain itu, jadwal ini
memungkinkan manajer memperkirakan jumlah yang akan dihasilkan setiap hari,
minggu atau bulan.
Jika
perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal produksinya, pesanan pelanggan tidak
dipenuhi dalam waktu yang diharapkan dan perusahaan akan kehilangan pelanggan.
Dampak Teknologi
terhadap Penjadwalan Produksi
Weyerhauser
mengalami masalah penjadwalan produksi, namun akhir-akhir ini menggunakan
teknologi untuk mengatasi masalah itu. Pintu pesanannya dulu dipesan melalui
telepon, faks, dan pos melalui jasa pemasok dan distributor. Kurang dari 50
persen pesanan pintunya dikirim tepat waktu. Weyerhauser kini memungkinkan
pelanggan untuk mengakses situs webnya dimana pelanggan dapat merinci fitur
pintu yang ingin dipesan dan langsung mendapat pintu itu. Akibatnya pesanan
dapat dilayani lebih cepat. Selanjutnya ini mengurangi kemungkinan kesalahan
karena para pelanggan memesan sendiri fitur pintu yang diinginkan dan bukannya
menyampaikan informasi itu melalui orang lain yang kemudian harus mengirim ke
bagian manufaktur. Pengiriman sekarang hampir selalu tepat waktu. Dengan
demikian, Weyerhaeuser kni menerima pembayaran lebih cepat karena pegiriman
yang tepat waktu dan kepuasan pelanggan juga meningkat dan ini mendatangkan
pesanan ulang.
Menjadwalkan
Proyek Khusus
Penjadwalan
penting untuk proyek jangka panjang yang harus diselesaikan sesuai batas waktu
tertentu. Jika banyak tugas terkait harus diselesaikan sesuai urutan tertentu
penjadwalan dapat menunjukkan kapan setiap tugas harus diselesaikan. Dengan
cara ini, para manajer dapat mendeteksi apakah proyek bakal selesai tepat
waktu. Jika ada tugas yang tidak selesai tepat waktu, para manajer harus
mencari jalan untuk menghemat waktu pada tugas lain.
Satu
cara untuk menjadwalkan tugas proyek khusus ialah dengan menggunakan diagram
Gantt (sesuai nama penemunya Henry Gantt), yang menggambarkan waktu yang
diharapkan untuk setiap tugas dalam proses produksi. Untuk melihat cara
penerapan diagram Gantt, perhatikan contoh sebuah perusahaan kimia harus
memproduksi lima ratus kaleng dengan isi satu galon Bahan Kimia Z untuk sebuah
produsen. Proses produksi terdiri dari pembuatan Bahan Kimia X dan Y dalam
jumlah besar, yang dicampur dalam tanki sehingga menghasilkan Bahan Z harus
dituangkan ke dalam kaleng dan dikemas dalam kotak untuk dikirim. Perhatikan
bahwa meski dua tugas pertama dapat diselesaikan bersamaan, namun setiap tugas
yang tersisa tidak dapat dimulai sampai tugas sebelumnya diselesaikan.
Setiap
tugas dapat ditandai pada diagram Gantt apabila tugas itu selesai, seperti
tampak dalam gambar dibawah menurut diagram ini. Keempat tugas terdahulu telah
diselesaikan sehingga fokus berada pada tugas kelima.
Tugas Produksi
|
Minggu 1
|
Minggu 2
|
Minggu 3
|
Minggu 4
|
Minggu 5
|
Buat Bahan X
|
|
|
|
|
|
Buat Bahan Y
|
|
|
|
|
|
Campurkan Bahan X dan Y dalam Tanki
untuk menghasilkan Bahan Z
|
|
|
|
|
|
Tuangkan Bahan Z ke dalam 500
kontainer satu galonan
|
|
|
|
|
|
Kemasi container satu galonan
kedalam kotak
|
|
|
|
|
|
|
Cara
lain untuk proyek khusus ialah teknik evaluasi dan peninjauan program (program evaluation and review
technique-PERT), yang menjadwalkan tugas dengan cara meminimalkan :
1. Berbagai tugas dalam proses produksi
diidentifikasi.
2. Tugas-tugas diatur sesuai urutan
pengerjaannya; urutan ini dapat digambarkan pada tabel dengan panah yang
menunjukkan jalur urutan proses produksi.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap
kegiatan diperkirakan.
Sebuah
contoh PERT yang diterapkan pada produksi Bahan Kimia Z dari suatu perusahaan
terdapat dalam gambar di bawah ini. Produksi Bahan Kimia X (Tugas 1) dan Bahan
Kimia Y (Tugas 2) dapat dilakukan bersama-sama. Pencampuran bahan kimia X dan Y
(Tugas 3) tidak dapat dimulai sampai tugas 1 dan 2 selesai.
Setiap
urutan tugas disebut jalur. Misalnya, urutan tugas 1,3,4 dan 5 mewakili satu
jalur. Jalur kedua adalah urutan Tugas 2,3,4 dan 5 . Total waktu untuk jalur
ini adalah lima minggu. Jalur kritis
ialah jalur yang memerlukan waktu terbanyak. Pada contoh ini jalur kritis ialah
urutan tugas 2,3,4 dan 5 ; jalur itu lamanya lima minggu. Penting untuk
menentukan waktu yang perlu untuk menyelesaikan langkah-langkah di dalam jalur
kritis di tentukan, karena proses produksi akan memakan waktu selama itu.
Masa
lima minggu itu tidak ada waktu tambahan untuk pekerja yang terlibat di jalur
kritis. Setelah jalur kritis ditentukan, waktu tambahan pada jalur lain dapat
diperkirakan. Karena pada jalur lain pada gambar di bawah mempunyai waktu
penyelesaian empat minggu, waktu tambahannya satu minggu selama masa lima
minggu itu. Dengan mengetahui waktu yang diperlukan dalam jalur kritis, para
manajer dapat mengurangi ketidakefisienan yang disebabkan oleh waktu tambahan
dijalur lain. Beberapa karyawan yang ditugaskan pada Tugas 1 dapat membantu
tugas kedua dari urutan jalur kritis. Hal ini dapat mengurangi waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan jalur kritis.
Urutan
Tugas Produksi
|
|||||
Tugas-tugas yang merupakan bagian
jalur kritis harus ditinjau ulang untuk menghindari keterlambatan atau
meningkatkan kecepatan produksi. Tugas yang diperkirakan akan berlangsung lama
dipantau dengan ketat,karena keterlambatan tugas ini menyebabkan keterlambatan
yang parah pada seluruh proses produksi. Selain itu, perusahaan berupaya
menentukan apakah tugas ini dapat dilakukan lebih cepat sehingga jalur kritis
dapat cepat selesai.
Para manajer yang mengawasi proyek
khusus menyadari bahwa waktu yang diperlukan untuk setiap tugas tidak pasti.
Maka mereka memperkirakan waktu terpanjang untuk setiap tugas. Jalur kritis
merupakan jumlah waktu terpanjang untuk setiap tugas karena itu dapat
menghitung waktu maksimum untuk menyelesaikan proyek.
Pengawasan Kualitas
Pengawasan kualitas merupakan proses
untuk menentukan apakah kualitas barang atau jasa memenuhi tingkat kualitas
yang diharapkan dan mengidentifikasi perbaikan (jika ada) yang perlu dilakukan
pada proses produksi. Kualitas dapat di ukur dengan menilai berbagai
karakteristik (seperti berapa lama produk itu bertahan) yang meningkatkan
kepuasan pelanggan. Kualitas dari produk dapat dibandingkan dengan tingkat
kualitas yang diinginkan untuk menentukan apakah kualitas perlu diperbaiki.[18]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Operasi
merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari pengadaan input produksi,
melakukan transformasi atau proses produksi untuk menghasilkan output berupa
barang atau jasa berdasar strategi bisnis serta disesuaikan dengan perubahan
lingkungan.
Didalam
sistem operasi terdapat penentuan lokasi perusahaan. Lokasi perusahaan
diperhitungkan ketika suatu bisnis baru akan membuka usahanya dan atau suatu
bisnis yang akan melakukan ekspansi dengan pengembangan internal. Terdapat dua
jenis lokasi bisnis yaitu bisnis manufakturing ialah bisnis yang menghasilkan
barang dalam suatu operasinya untuk dijual kepada konsumen. Dan lokasi bisnis
jasa yang didatangi konsumen dan yang mendatangi konsumen. Juga terdapat beberapa
standar kerja diantaranya standar kualitas, standar kuantitas, standar waktu proses
dan standar produktivitas. Ada pula melakukan perencanaan jumlah produksi perlu
memerlukan perhitungan forecast produksi, dan dasar perhitungan BEP (seperti
yang telah dijelaskan di atas). Juga terdapat pengelolaan kegiatan operasi
yaitu pengaturan bahan baku dan pengaturan proses produksi atau operasi. Selain
itu juga terdapat pengawasan kegiatan produski, pengawasan dalam kegiatan
produksi perlu dilakukan yaitu pada kegiatan perencanaan atau desainnya, proses
produksinya, monitoringnya maupun tindak lanjut dari monitoring itu. Serta
terdapat standar produktivitas diantaranya tantangan penciptaan productivty dan
juga ukuran productuvity.
Kegiatan
perencanaan dan keputusan operasi terdapat proses produksi yang akan
menghasilkan produk. Pengusaha harus memikirkan tentang mutu produk yang akan
diproduksikannya. Keputusan operasi meliputi keputusan berkaitan dengan proses,
keputusan berkaitan dengan kapasitas, keputusan berkaitan dengan sediaan,
keputusan berkaitan dengan tenaga kerja, dan keputusan berkaitan dengan mutu.
Dalam
memilih rancangan dan tata letak terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
rancangan dan tata letak yaitu karakterisitik lokasi, proses produksi, jenis
produk, kapasitas produksi yang diinginkan.
Dalam
pengawasan produksi terdapat kegiatan pembelian
bahan baku, pengawasan persediaan, routing, penjadwalan, dan pengawasan
kualitas.
Saran
Dalam
menjalankan perusahaan, sebuah perusahaan memerlukan perencanaa manajemen
produksi atau operasi agar tercapai hasil produksi sesuai dengan apa yang
diharapkan sehingga dapat memuaskan pembeli. Sehingga manajemen produksi atau
operasi penting dalam kelancaran berbisnis.
DAFTAR
PUSTAKA
Madura,
Jeff.2001. Penagantar Bisnis Edisi
1 .Jakarta: Salemba Empat.
Basri.
2005. Bisnis Pengantar Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE.
Yusanto,MI
& W.,MK. 2002. Menggagas Bisnis
Islami. Jakarta: Gema Insani.
Gitosudarmo,
Indriyo. 1996. Pengantar Bisnis Edisi 2.
Yogyakarta: BPFE.
[1] Basri, Bisnis Pengantar Edisi Pertama, BPFE,
Yogyakarta, 2005, hlm 87
[2] Yusanto, Menggagas Bisnis Islami, Gema Insani
Press, Jakarta, 2002, hlm 153
[3] Op., cit., hlm 87
[4] Basri, Bisnis Pengantar Edisi Pertama, BPFE,
Yogyakarta, 2005, hlm 89-91
[5] Ibid, hlm 92
[6] Ibid, hlm 92
[7] Ibid, hlm 98-99
[8] Ibid, hlm 93-95
[9] Ibid, hlm 99-100
[10] Ibid, hlm 100-101
[11] Ibid, hlm 102-104
[12] Ibid, hlm 104
[13] Indriyo, Pengantar Bisnis Edisi 2, BPFE,
Yogyakarta, 1996, hlm 246-254
[15] Ibid, hlm 160
[16] Jeff Madura,
Pengantar Bisnis Buku 1, Salemba
Empat, Jakarta, 2001, hlm. 284-285
[18] Ibid, hlm 290-306
No comments:
Post a Comment