MAKALAH DASAR-DASAR
BISNIS
“LINGKUNGAN BISNIS
DAN EKONOMI”
Disusun guna
memenuhi tugas
Mata Kuliah : Dasar-Dasar Bisnis
Dosen Pengampu : H.Muhammad Husni Mubarok, SE, MM
Hari, Jam Kuliah : Kamis, jam pertama
Kelas : ESRB-2
Disusun oleh kelompok 4 :
1.
Awaliyatu Khoirunnisa’ (1420210056)
2.
Dayyana Laila Shofiana (14202100)
3.
Khoirun Nisa’ (14202100)
4.
Rida Ardianingrum (14202100)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Lingkungan bisnis adalah keseluruhan hal-hal mengenai keadaan eksternal
yang berpengaruh terhadap perusahaan. Bisnis mempunyai sifat dan hubungan yang
terbuka terhadap lingkungan atau saling mempengaruhi, antara lingkungan dan
bisnis. Hubungan tersebut terjadi dikarenakan: sangat kompleks yang berarti
sulit untuk ditelusuri hubungannya itu. Dinamis yang berarti selalu
berubah-ubah. Saling bergantung artinya saling mempengaruhi satu sama lainnya
untuk saling membutuhkan. Dalam satu kesatuan artinya mempunyai hubungan yang
tidak dapat dihindarkan.
Lingkungan ekonomi merujuk pada kondisi sistem ekonomi tempat perusahaan
tertentu beroperasi. Kondisi ekonomi merefleksikan kondisi bisnis nyata.
Apabila terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi maka konsumsi dan permintaan
cenderung meningkat, sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang menurun mengakibatkan
konsumsi dan permintaan menurun. Besaran sensitifitas atas pertumbuhan ekonomi
tiap-tiap industri berbeda. Perusahaan sebagai bagian dari lingkungan ekonomi
perlu mencermati situasi dan kondisi ekonomi. Manajemen perlu bersikap
antisipatif terhadap peluang dan ancaman lingkungan makro khususnya lingkungan
ekonomi. Ada beberapa faktor ekonomi yang perlu diperhatikan perusahaan karena
akan berpengaruh terhadap jalannya bisnis.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan macam-macam lingkungan bisnis ?
2. Bagaimana faktor ekonomi pengaruhi kinerja bisnis ?
3. Bagaimana faktor yang mempengaruhi harga pasar ?
4. Bagaimana pengaruh kebijakan moneter dan fiskal pada kondisi ekonomi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan
macam-macam lingkungan bisnis
1.
Pengertian
lingkungan bisnis
Lingkungan bisnis
adalah keseluruhan hal-hal mengenai keadaan eksternal yang berpengaruh terhadap
perusahaan.
Bisnis mempunyai
sifat hubungan yang terbuka terhadap lingkungan atau saling mempengaruhi,
antara lingkungan dan bisnis.
Hubungan tersebut
terjadi :
a.
Sangan kompleks yang berarti
sulit untuk ditelusuri hubungannya itu.
b.
Dinamis yang selalu berubah-ubah.
c.
Saling bergantung artinya saling
mempengaruhi satu sama lainnya untuk saling membutuhkan.
d.
Dalam satu kesatuan artinya
merupakan hubungan yang tidak dapat dihindarkan.
2.
Macam-macam
lingkungan bisnis
Lingkungan dapat
dikelompokkan menjadi :
a.
Lingkungan yang berpengaruh
langsung atau Direct Action Elements terhadap operasi bisnis.
Elemen tersebut terdiri dari :
1)
Konsumen
2)
Supplier (penyediaan bahan
baku)
3)
Pesaing (competitors)
4)
Labor union (organisasi
pekerja)
5)
The media (media)
6)
Institusi keuangan
7)
Group pemerhati khusus (special interest group)
8)
Pemerintah (government)
kegiatan
operasional bisnis akan dipengaruhi langsung dari lingkungan tersebut diatas.
Lingkungan
ini disebut juga lingkungan mikro dan disebut juga external stakeholders.
b.
Lingkungan yang berpengaruh tidak langsung
atau In-Direct Action Elements.
Element tersebut terdiri dari (J.Stoner, 1995):
1)
Lingkungan ekonomi : kondisi ekonomi
yang terjadi dan yang akan terjadi, misalnya pertumbuhan, inflasi, krisis
ekonomi, deflasi, kemakmuran, pemgahasilan masyarakat dan sebagainya.
2)
Lingkungan politik : kondisi dan
sikap para pemimpin dan para wakil rakyat pembuat peraturan perundangan.
3)
Lingkungan sosial
budaya : kondisi dan sikap, keinginan, pengharapan, pendidikan, adat istiadat,
agama dan hal-hal lain dari masyarakat.
4)
Lingkungan teknologi : kondisi dan
perkembangan pengetahuan yang memiliki manusia mengenai cara-cara melakukan
sesuatu.
5)
Lingkungan alam : kondisi
tersedianya bahan-bahan dari alam untuk input produksi.
6)
Lingkungan hukum : kondisi adanya
peraturan perundangan yang berisi larangan-larangan, syarat-syarat hukum untuk
suatu tindakan.
7)
Lingkungan etika : kumpulan
mengenai norma-norma praktis tentang kelakuan pribadi yang diterima oleh
masyarakat umum.
8)
Lingkungan
internasional : segala kondisi yang berada diluar wilayah Negara.
Lingkungan ini akan mempengaruhi
operasional organisasi bisnis secara tidak langsung.
Kedua lingkungan tersebut akan
berpengaruh terhadap aktivitas operasional bisnis berbeda-beda, dan oleh karena
perlu dianalisis secara keseluruhan.
Analisis kedua lingkungan tersebut
dikenal dengan analisis Strength,
weaknesses, opportunity and threat yang disingkat dengan analisis SWOT.
Analisis SWOT dilakukan sebagai
dasar dalam penyusunan rencana operasional. Dalam praktek analisis SWOT
dilakukan dalam suatu korporat, dalam suatu unit bisnis juga dilakukan dalam
fungsi-fungsi bisnis.
Uraian mengenai analisis SWOT dan kepentingan
dijelaskan sesudah diperlihatkan keduanya lingkungan dalam suatu gambar.
Berikut gambar hubungan antara
lembaga bisnis dengan lingkungan, baik lingkungan yang berpengaruh langsung
maupun lingkungan yang berpengaruh tidak langsung.
|
|
|
Jika kedua lingkungan itu
digambarkan menjadi sebagai berikut :
li
Dari lingkungan
tersebut, muncul istilah sebagai berikut :
1)
Stockholders adalah pemegang
saham atau pemilik.
2)
Stakeholders adalah individu
atau group baik langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam organisasi
untuk mencari laba.
3)
Internal
Stakeholders adalah individu atau group yang langsung berinteraksi dengan
kegiatan bisnis. Yang terdiri dari pekerja, pemilik dan menajemen serta
pimpinan.
4)
Eksternal
Stakeholders adalah individu atau group dalam organisasi dari lingkungan
eksternal yang berpengaruh dalam aktivitas bisnis yang terdiri dari konsumen,
supplier, group pemerhati, media, organisasi pekerja dan sebagainya.
3.
Kepentingan
lingkungan bagi bisnis
Lingkungan
akan berpengaruh terhadap aktivitas bisnis, maka perlu dilakukan analisis
sebagai dasar perencanaan strategis.
Dari
lingkungan tersebut akan dianalisis SWOT sebagaimana urutan-urutan dalam gambar
sebagai berikut :
Lingkungan lingkungan
Direct Action Elements In-Direct Action
Elements
Dibandingkan dengan dianalisis
dengan
Kondisi
internal bisnis : analisis lingkungan
Menghasilkan
: menghasilkan
:
Strenght (kekuatan) opportunity (peluang)
Weaknesess (kelemahan) threat (tantangan)
Strength (S) dan opportunity (O)
Dibandingkan dengan
Weaknesess (W) dan threat (T)
Hasil yang diperoleh ada berbagai kemungkinan :
1.
SO > WT artinya kekuatan dan
peluang melebihi kelemahan dan tantangan berarti bisnis berpotensi berkembang
di waktu yang akan datang.
2.
SO = WT artinya keadaan yang
imbang antara kekuatan dan peluang disbanding kelemahan dan tantangan. Hal ini
menggambarkan bahwa bisnis berjalan untuk mempertahankan diri sambil mencari
peluang dan memupuk kekuatannya.
3.
SO < WT artinya keadaan bahwa
kekuatan dn peluang lebih rendah disbanding kelemahan dan tantangan di waktu
yang akan datang berarti bisnis akan sulit dikembangkan di waktu yang akan
datang.
Hasil analisis SWOT ini akan
menjadi dasar untuk perencaan strategi (Renstra) untuk jangka waktu menengah
(pada umumnya 5 tahun) berupa rencana strategi yang menyeluruh termasuk sasaran
(goals).
Rencana strategi akan dijabarkan
dalam rencana operasional yang jangka waktunya lebih pendek berupa program dan
anggaran tahunan dan rencana operasional tetap berupa policy, peraturan,
produser.
Program dan budget akan
direalisasikan dalam pelaksanaan aktivitas rutin tahunan mencapai target,
berupa volume penjualan tertentu dan laba tertentu.
Dalam pelaksanaan aktivitas
didasarkan pada strategi, policy menurut peraturan dan produser yang telah
ditetapkan.[1]
B.
Faktor ekonomi
pengaruhi kinerja bisnis
Kondisi
ekonomi memberikan pengaruh kinerja bisnis meliputi tingkat produksi dan
konsumsi Negara atau industry. Kondisi ekonomi makro memberikan pengaruh
keseluruhan ekonomi atau Negara. Kondisi ekonomi mikro lebih difokuskan pada
bisnis atau industri yang menjadi perhatian. Berikut ini akan diuraikan faktor
ekonomi makro yang mempengaruhi kinerja bisnis.[2]
-
Pertumbuhan
ekonomi
-
Inflasi
-
Suku
bunga
1. Pertumbuhan Ekonomi
Suatu faktor kritis ekonomi makro yang mempengaruhi kinerja
bisns adalah pertumbuhan ekonomi, atau perubahan dalam tingkat umum dari
aktivitas ekonomi. Ketika pertumbuhan ekonomi Amerika lebih tinggi daripada
yang biasanya, tingkat pendapatan total pekerja Amerika Serikat relatif tinggi.
Jadi ada pengeluaran yang lebih tinggi untuk barang produksi dan jasa. Karena
permintaan barang dan jasa tinggi, maka perusahaan yang menjual barang dan jasa
penerimaannya juga tinggi. Jika pertumbuhan ekonomi negatif untuk dua kuartal
berturut-turut, peripde itu dinamakan resesi.
Walaupun pertumbuhan ekonomi mendorong penerimaan
perusahaan, pertumbuhan ekonomi yang lambat mengakibatkan permintaan barang dan
jasa juga lambat, yang dapat mengurangi penerimaan perusahaan. Pengaruh
potensial dari pertumbuhan ekonomi yang lambat tercermin dalam pernyataan
berikut ini.
“ kami harus
menjaga pergerakan kami terutama karena lingkungan ekonomi makro, dimana
perkiraan kami adalah untuk pertumbuhan yang lambat.”
Hewlett-Packard
“ perusahaan
mengharapkan mengalami fluktuasi yang signifikan di masa yang akan datang.
Kinerja karena ... kondisi umum “.
Amazon.com
General Motors dan
Ford Motor Company biasanya menutup beberapa pabrik sebagai reaksi lambatnya
pertumbuhan ekonomi.
Indikator pertumbuhan ekonomi
Dua ukuran umum
untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat total produksi dari barang
dan jasa dalam ekonomi dan jumlah total pengeluaran (juga disebut agregat pengeluaran). Tingkat total
produksi tergantung pada total permintaan barang dan jasa.
Bisnis dapat memonitor tingkat total produksi Amerika dengan
selalu memonitor produk domestik bruto
(PDB), di mana nilai pasar total dari barang dan jasa yang dihasilkan
secara final di negara Amerika. PDB dilaporkan setiap kuartal di Amerika. PDB
mengalami stagnasi dalam permulaan 1990, tetapi telah tumbuh secara subtansial
kemudian.
Pertumbuhan ekonomi biasa diinterpretasikan sebagai
presentase dari perubahan PDB dari satu periode ( misalnya 1 kuartal ) ke
periode lain. Bisnis cenderung memonitor perubahan dalam pertumbuhan ekonomi,
di mana dapat merupakan suatu sinyal perubahan dalam permintaan barang atau
jasa mereka.
Indikator alternatif pertumbuhan ekonomi adalah tingkat
pengangguran. Indikator pengangguran yang bermacam-macam sebaiknya dimonitor
karena dapat memberikan indikasi apakah kondisi ekonomi mengalami perbaikan.
Empat tipe pengangguran sebagai berikut.
·
Pengangguran karena friksi ( pengangguran
natural ), mewakili orang yang menganggur karena menunggu pekerjaan yang lainnya.
Jadi, status penganggurannya sementara karena mereka ingin mendapatkan
pekerjaan yang baru lagi segera. Misalnya, seseorang yang mempunyai
keterampilan yang sangat dibutuhkan pasar mungkin berhenti kerja karena ingin
menemukan yang baru karena ia percaya akan mendapatkan pekerjaan baru tidak
lama lagi.
·
Pengangguran
musiman, mewakili orang yang jasanya tidak diperlukan dalam beberapa musim.
Misalnya, instruktur ski mungkin menganggur di musim panas.
·
Pengangguran siklis, mewakili orang yang
menganggur karena kondisi ekonomi buruk. Apabila tingkat aktivitas ekonomi
turun, permintaan untuk barang dan jasa juga turun, sehingga mengurangi
kebutuhan akan pekerja. Misalnya, suatu perusahaan akan memberhentikan buruh
pabrik apabila permintaan produk menurut.
·
Pengangguran struktural, mewakili orang yang
menganggur karena memang tidak mempunyai keterampilan cukup. Misalnya, orang
yang terbatas pendidikannya mungkin saja menjadi bagian dari pengangguran
struktural.
Dari keempat
jenis pengangguran, tingkat pengangguran
siklis mungkin sebagai indikator terbaik dari kondisi ekonomi. Apabila
pertumbuhan ekonomi tumbuh, bisnis akan mempekerjakan orang lebih banyak hingga
pengangguran menurun. Celakanya, menentukan berapa pengangguran dari tingkat
siklis ini sangat sulit. Beberapa orang mengasumsikan, apabila tingkat
pengangguran berubah, maka perubahan itu dikaitkan terutama dengan siklus
naiknya pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, tingkat pengangguran tinggi biasanya
diinterpretasikan kepada gejala turunnya pertumbuhan ekonomi. Tingkat
pengangguran di Amerika adalah paling tinggi tahun 1992 ketika kondisi ekonomi
Amerika redah, tetapi menurun di tengah dan akhir 1990 ketika pertmbuhan ekonomi
kuat.
Banyak indikator lain dari pertumbuhan
ekonomi seperti indeks produk industri. Permulaan perumahan baru, tingkat
pendapatan individu dikumpulkan oleh salah satu divisi pemerintah federal dan
dilaporkan kepada majalah dan koran bisnis.
Sensitivitas perusahaan akan pertumbuhan ekonomi
Beberapa perusahaan
lebih sensitif daripada yang lain terhadap kondisi ekonomi karena permintaan
produk mereka juga lebih sensitif terhadap kondisi tersebut. Misalnya,
permintaan produk ( pangan ) yang disediakan oleh McDonald’s tidak begitu
sensitif terhadap kondisi ekonomi karena orang masih membeli McDonald’s
walaupun ekonominya lemah. Namun demikian, permintaan akan mobil baru tentu
lebih sensitif kepada kondisi ekonomi. Apabila ekonomi lemah, permintaan mobil
baru turun. Ford Motor Company mengalami laba negatif selama 1991-1992 ketika
Amerika mengalami resesi ekonomi, tetapi mendapat laba tinggi dalam akhir 1990
pada saat kondisi ekonomi kuat.[3]
2. Inflasi
Inflasi adalah
peningkatan tingkat harga umum dari barang dan jasa dalam periode waktu
tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur persentase
perubahan indeks harga konsumen yang memberikan indikasi harga bermacam produk
konsumen seperti produk kebutuhan rumah tangga, perumahan, harga bahan bakar,
jasa kesehatan, dan listrik.
Inflasi dapat
mempengaruhi biaya operasi perusahaan yang menghasilkan produk karena naiknya
biaya barang pasokan dan bahan baku. Gaji juga dapat dipengaruhi oleh inflasi.
Tingkat inflasi yang lebih tinggi akan mengakibatkan lebih tingginya biaya
operasi perusahaan. Penerimaan perusahaan mungkin juga tinggi selama periode
inflasi tinggi karena banyak perusahaan membebankan kepada harga yang lebih
tinggi sebagai kompensansi biaya mereka yang tinggi pula.
Tipe Inflasi
Inflasi mungkin
akan berakibat bertambahnya biaya produksi. Mislanya, apabila harga bahan bakar
naik, bensin naik dan biaya transportasi untuk memproduksi barang pun naik.
Perusahaan yang terbebani biaya lebih tinggi akibat biaya transportasi juga
menaikkan harga produknya untuk menutupi biaya yang tinggi. Situasi ini, ketika
perusahaan menaikkan harga karena biaya juga naik disebut cost-push inflation ( inflasi
biaya dorong ). Misalnya, produsen minuman ringan seperti PepsiCo dan
Anheuser-Bush menaikkan harga ketika biaya alumunium ( yang dipakai untuk
kaleng ) juga naik. Procter & Gamble menaikkan harga kertas tisu mengikuti
naiknya harga ( dipakai dalam proses produksi ). Teknologi informasi yang canggih
dapat mengurangi biaya produksi, jadi cost-push
inflation tidak menjadi masalah dalam akhir tahun 1990-an.
Inflasi
bisa juga karena permintaankonsumen yang kua. Misalnya, situasi di mana
konsumen menaikkan permintaannya untuk hampir seluruh barang dan jasa. Beberapa
perusahaan akan beraksi dengan menaikkan hara produknya.
Situasi
apabila harga barang dan jasa tertarik naik karena adanya permintaan konsumen
yang tinggi disebut demand-pull inflation ( inflasi permintaan tarik ). Dalam
periode ekonomi kuat, permintaan konsumen yang sangat kuat dapat membuat
kekurangan dalam menghasilkan beberapa produk. Perusahaan yang mengantisipasi
kekurangan ini dapat menaikkan harga karena mereka percaya dapat menjual
produknya juga.
Pertumbuhan
ekonomi yang kuat dapatmenekan upah maupun harga. Pertumbuhan ekonomi yang kuat
berarti pengangguran lebih sedikit jadi pekerja dapat bernegosiasi untuk
meminta upah lebih tinggi. Perusahaan mungkin lebih mau memberikan upah lebih
tinggi untuk tetap mempekerakan dia ketika tidak ada pekerja yang memenuhi
syarat ada di pasar kerja lagi. Karena perusahaan membayar upah tinggi. Biaya
produksi pun lebih tinggi dan perusahaan cenderung menaikkan harga produknya
untuk menutup biaya yang lebih tinggi.[4]
3. Tingkat suku bunga
Tingkat suku bunga mewakili biaya meminjam uang. Pelaku bisnis
memonitor secara seksama tingkat suku bunga karena mereka menentukan jumlah
pengeluaran yang harus ditanggung apabila meminjam uang. Apabila bisnis
meminjam $100.000 untuk 1 tahun dengan suku bunga 8%, maka biaya bunga adalah
$8.000 ( 0,08 x $100.000 ). Kalau suku bunga 15%, maka menjadi $15.000.
bayangkan bagaiamana tingkat suku bunga dapat mempengaruhi perusahaan seperti
General Motors yang harus meminjam lebih dari $1 miliar setiap saat. Suku bunga
naik 1% dari $1 miliar pinjaman dapat mengakibatkan pengeluaran biaya bunga
ekstra $10 juta.
Perubahan
dalam tingkat suku bunga di pasar dapat mempengaruhi pengeluaran biaya bunga
perusahaan karena bunga pinjaman yang diminta oleh bank komersial atau kreditor
lain untuk perusahaan adalah berdasarkan tingkat suku bunga pasar. Walaupun misalnya
perusahaan sudah meminjam dari bank komersial selama beberapa tahun, suku bunga
pinjaman tetap disesuaikan secara periodik ( setiap enam bulan atau setiap tahun
) berdasarkan suku bunga yang wajar pada saat itu.
tingkat
suku bunga mempengaruhi biaya pendanaan beberapa proyek yang dipangdang layak
dalam periode suku bunga rendah mungkin akan tidak layak dalam periode suku
bunga tinggi. Maksudnya, proyek mungkin tidak akan dapat cukup mengembalikan
biaya pendanaannya. Sebagai konsekuensi perusahaan cenderung mengurangi tingkat
ekspansi apabila tingkat suku bunga tinggi.
Tingkat
suku bunga mempengaruhi penerimaan perusahaan dan juga biaya bunga. Misalnya,
apabila suku bunga pinjaman naik, biaya pendanaan untuk membeli rumah baru
naik. Sehingga permintaan untuk rumah barupun menurun dan perusahaan yang
membangun rumah mengalami penurunan bisnis. Sebagai tambahan, perusahaan
seperti Caterpillar dan Weyerhaeuser yang memproduksi peralatan dan produk
konstruksi mengalami penurunan bisnis. Ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan
yang terlibat dalam industri konstruksi sangat terpengaruh oleh pergerakan
tingkat suku bunga.[5]
Ringkasan Faktor
Ekonomi Makro yang Dapat Mempengaruhi Kinerja Perusahaan
Penerimaan
perusahaan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, yang mempengaruhi permintaan
produk perusahaan. Penerimaannya dan biaya operasionalnya dipengaruhi oleh
inflasi. Biaya bunga dipengaruhi oleh pergerakan tingkat suku bunga.
|
C.
Faktor yang
mempengaruhi harga pasar
1. Pendapatan konsumen
Pendapatan konsumen
menentukan jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli oleh individu. Suatu
pertumbuhan ekonomi tingkat tinggi mengakibatkan pendapatan lebih bagi
konsumen. Apabila pendapatan konsumen naik, mereka mungkin minta kuantitas
lebih besar dari barang dan jasa tertentu yaitu, jadwal permintaan untuk
berbagai barang dan jasa mungkin tergeser keluar sebagai reaksi pendapatan yang
lebih tinggi.
Sebaliknya, ketika
tingkat pendapatan konsumen menurun, mereka mungkin minta kuantitas yang lebih
kecil untuk produk tertentu. Misalnya, pada permulaan 1990-an, tingkat
pendapatan rata-rata di Amerika turun secara substansial dalam area tertentu di
mana perusahaan mengandalkan kontrak pemerintah (seperti membangun peralatan
misil dan sebagainya). Pemerintah federal memotong semua pengeluaran seperti
ini yang berakibat pekerjaan berkurang dalam area tertentu di Negara ini.
Bersamaan dengan pendapatan menurun, permintaan untuk rumah baru dalam area ini
juga turun, menyebabkan surplus rumah baru. Perusahaan yang sedang membangun
rumah baru dipaksa untuk menurunkan harganya karena ada surplus.
2. Preferensi konsumen
Sejak prefensi
konsumen (atau selera) suatu produk berubah, kuantitas permintaan produk oleh
konsumen juga berubah. Ada banyak contoh produk yang harganya naik sebagai
reaksi permintaan naik. Misalnya, pada permulaan maret 1995 tiket untuk Chicago
bulls (permintaan bola basket) di Chicago terjual kurang dari $50. Akhir maret,
Michael Jordan kembali dari istirahat dan tiket untuk permainan pertamnya di Chicago
terjual $500.
Apabila produk
menjadi kurang terkenal, permintaan untuk produk berkurang. Akibatnya surplus
mungkin memaksa perusahaan menurunkan harganya untuk menjual apa yang telah
mereka hasilkan. Misalnya, ketika pakaian tertentu menjadi kurang terkenal,
pabrik pakaian menjual pakaian ini dengan harga diskon untuk menghilangkan
surplusnya.
3. Biaya produksi
Faktor lain
yang dapat mempengaruhi harga ekuilibrium adalah perubahaan dalam biaya
produksi. Ketika perusahaan mengalami biaya lebih rendah, mereka bersedia
menawarkan(memproduksi) lebih untuk harga tertentu (seperti dijelaskan
sebelumnya). Ini mengakibatkan suatu surplus produk, memaksa perusahaan
menurunkan harga supaya dapat menjual semua yang mereka produksi. Misalnya,
harga compact discmusik telah menurunkan setiap tahun sejak pertama kali
diperkenalkan.
Ketika biaya
perusahaan naik, akibat sebaliknya terjadi. Misalnya, perusahaan asuransi yang
telah menerima asuransi south Florida homes di permulaan tahun 1990 mengalami
biaya tinggi sesudah adanya Hurricane Andrew. Beberapa dari perusahaan ini
memutuskan tidak lagi akan menawarkan jasa asuransi di Florida Selatan.
Perusahaan-perusahaan yang masih bersedia memberikan asuransi dapat menaikkan
harga mereka.[6]
D.
Pengaruh kebijakan
konsumen, prefensi konsumen, dan fiskal pada kondisi ekonomi
1.
Kebijakan moneter
Pemerintah federal dapat mempengaruhi bisnis dengan
menerapkan peraturan atau dengan membuat kebijakan yang mempengaruhi kondisi
ekonomi. Karena regulasi cenderung bermacam tergantung industri. Itu akan
dibicarakan dalam bab lingkungan industri. Untuk mempengaruhi kondisi ekonomi,
pemerintah federal mengimplementasikan kebijakan moneter dan fiscal yang akan
dibicarakan kemudian.
Di Amerika istilah persediaan uang (money
supply) biasanya berarti rekening koran, uang yang disimpan masyarakat dan
cek perjalanan. Ini adalah definisi yang sempit karena ada ukuran yang lebih
luas untuk penawaran uang yang menghitung tipe deposito lain. Tidak peduli
definisi mana yang persis, mengukur uang mewakili dana di mana institusi
keuangan dapat meminjamkan kepada yang perlu pinjaman.
Persediaan
uang di Amerika dikendalikan oleh Federal Reserve System (The Fed), bank
sentral di Amerika. The fed menentukan kebijakan moneter, yang mewakili
keputusan pada tingkat persediaan uang di Amerika. The Fed dapat dengan mudah
menyesuaikan persediaan uang Amerika dengan miliaran dolar untuk sehari saja.
Karena kebijakan moneter The Fed mempengaruhi tingkat persediaan uang, ini akan
mempengaruhi tingkat suku bunga.
Cara The Fed dapat mengurangi Tingkat Suku Bunga
The Fed mengelola beberapa dana di luar system
perbankan di mana dana tidak bisa dipinjam. Dana ini tidak tersedia untuk
perusahaan atau orang yang ingin meminjam. The Fed dapat memakai uang ini untuk
membeli sekuritas Treasury yang disimpan oleh individu maupun perusahaan.
Pembeli ini memberikan dana baru individual atau perusahaan, yang mereka
depositokan pada bank komersial. Konsekuensinya, persediaan uang naik karena
bank komersial dan institusi keuangan lain dapat pinjaman dari dana ini. Dengan
kata lain, tindakan The Fed menaikkan persediaan dari dana yang dapat dipinjam.
Misalkan, permintaan untuk dana yang dapat dipinjamkan itu tetap, maka kenaikan
persediaan dari dana yang dipinjamkan tersebutseharusnya menyebabkan tingkat
suku bunga turun.
Cara The Fed dapat
menaikkan tingkat suku bunga ketika The Fed menurunkan persediaan uang Amerika,
ini akan menarik dana keluar dari bank komersial atau institusi keuangan. Ini
akan mengurangi persediaan dana yang dapat dipinjamkan oleh institusi keuangan
kepada para peminjam. Misalnya, bahwa pemintaan dana yang tersedia untuk
dipinjam tidak berubah, maka pnurunan persediaan dana yang tersedia untuk
dipinjam seharusnya menyebabkan tingkat suku bunga naik.
Ketika The Fed
mempengaruhi tingkat suku bunga dengan kebijakan moneternya, ini akan
mempengaruhi langsung biaya suku bunga perusahaan. Kedua, ini akan mempengaruhi
permintaan produk perusahaan jika produk tersebut biasa dibeli dengan uang
pinjaman. Jumlah ekspansi perusahaan sangat terpengaruh oleh tingkat suku bunga
yang harus mereka bayar untuk dana pinjaman mendukung ekspansi.
2.
Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal mewakili keputusan bagaimana
pemerintah federal seharusnya menentukan serangkaian tingkat pajak dan membelanjakan
uangnya. Keputusan ini sangat relevan untuk bisnis karena mereka mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dan dengan demikian dapat mempengaruhi permintaan barang
atau jasa perusahaan.
Revisi dari Tingkat Pajak Pendapatan Pribadi
Misalnya, kebijakan fiskal yang mengurangi pajak
pendapatan pribadi. Kebijakan ini akan memberikan kepada orang pendapatan
setelah pajak yang lebih tinggi, yang akan mendorong mereka untuk lebih
membelanjakan uangnya. Perilaku seperti itu akan merefleksikan kenaikan dalam agregat
permintaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh bisnis yang dapat memperbaiki
kinerja bisnis.
Revisi atas Pajak Korporasi
Kebijakan fiskal juga dapat mempengaruhi
pendapatan setelah pajak perusahaan secara langsung. Misalkan, tingkat pajak
korporasi dikurangi dari 30% menjadi 25% untuk korporasi. Jika pendapatan
sebelum pajak korporasi tertentu adalah $10 juta, maka pajak korporasi akan
menjadi $3 juta (30% x $10 juta) pada tingkat pajak lama. Namun, pada tingkat
pajak korporasi 25%, maka pajak korporasinya sekarang $2,5 juta (25% x $10
juta). Jadi pendapatan setelah pajak korporasi akan lebih tinggi $500.000,
hanya karena pajak korporasi sekarang lebih rendah $500.000.
Revisis dalam Pajak Cukai
Pajak cukai adalah pajak yang diterapkan oleh
pemerintah federal pada produk tertentu. Pajak ini menaikkan biaya produksi
barang ini. Sebagai konsekuensi, manufaktur cenderung membebankan pajak ini ke
dalam harga yang mereka kenakan pada produk. Jadi konsumenn secara tidak langsung terbebani pajak. Pajak
juga mungkin tidak mendorong konsumsi dari barang ini dengan secara tidak
langsung mempengaruhi harga. Cukai biasa diterapkan pada berbagai produk
termasuk minuman alkohol dan tembakau.
Revisi dalam Defisit Anggaran Belanja
Kebiajakn fiscal yang dibuat oleh pemerintah
federal memberikan jumlah penerimaan pajak yang dihasilkan oleh pemerintah
federal dan jumlah pengeluaran federal. Jika pengeluaran pemerintah federal
melebihi jumlah pajak federal, mengakibatkan deficit anggaran belanja federal.
Ketika pemerintah federal menerima penerimaan kurang dari
yang dikeluarkan, ia harus meminjam perbedaannya. Misalnya, jika pemerintah
federal merencanakan mengeluarkan $900 miliar tetapi menerima hanya $700 miliar
dalam pajak (dan penerimaan lain) ini kurang $200 miliar dari pada yang ingin
dikeluarkan. Ia harus meminjam $200 miliar untuk dapat mempunyai dana cukup
untuk pengeluarannya. Jika pemerintah federal perlu meminjam tambahan dana, ini
akan menciptakan permintaan tinggi terhadap dana yang bisa dipinjamkan, yang akan
mengakibatkan tingkat suku bunga tinggi (untuk alasan yang telah dijelaskan
sebelumnya).[7]
Ringkasan Pengaruh
Pemerintah ada Faktor-faktor Ekonomi.
|
|
Gambar 4.11 memberikan ringkasan bagaimana pemerintah federal dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan. Kebijakan fiscal dapat mempengaruhi tingkat
pajak pribadi jadi memengaruhi perilaku pengeluaran konsumen. Ini juga dapat
mempengaruhi tingkat pajak korporasi yang mempengaruhi pendapatan perusahaan.
Kebijakan moneter dapat mempengaruhi tingkat suku bunga, yang mungkin
mempengaruhi permintaan produk perusahaan (jika pembelian kadang dibayar dnegan
dana pinjaman). Dengan mempengaruhi tingkat suku bunga, kebijakan moneter juga
mempengaruhi biaya bunga yang di tanggung perusahaan.
Kerja Sama Lintas Fungsional
Akibat Ekonomi
Lintas Fungsi Bisnis
Karena para manager
perusahaan mempunyai tanggungjawab berbeda, mereka memeperkirakan aspek yang
berbeda pada lingkungan ekonomi. Para manager yang berfokus pada produksi
memonitor perubahan kondisi ekonomi yang dapat mempengaruhi biaya produksi
perusahaan. Mereka cenderung memonitor kecenderungan inflasi atau perubahan
tingkat harga pada barang pasokan tertentu atau peralatan yang mereka beli.
Manager pemasaran
cenderung memprediksikan penjualan produknya dan memperkirakan kondisi ekonomi
yang mempengaruhi permintaan produk seperti pertumbuhan ekonomi. Mereka juga
mungkin memonitor tingkat suku bangsa jika produk biasa dibeli dengan dana
pinjaman, karena permintaan produk mungkin naik karena reaksi turunnya tingkat
suku bangsa. Karena volume produksi perusahaan tergantung pada prediksi
permintaan produk, ini akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi.
Manager pemasaran
memperkirakan kondisi ekonomi karena keputusan pemasaran mereka dapat
dipengaruhi oleh kuatnya ekonomi. Beberapa produk perusaahaan (seperti produk
keperluan sehari-hari dan produk yang relatif tidak mahal) mungkin dipasarkan
lebih gencar apabila kondisi ekonomi lemah karena produk ini akan lebih
terkenal pada masa yang begini. Sebaliknya, perusahaan mungkin memasarkan
produk mahalnya lebih gencar apabila kondisi ekonomi lebih mendukung.
Manager keuangan
perusahaan akan memonitor kondisi ekonomi yang mempengaruhi biiaya dari
pendanaan. Mereka cenderung berfokus pada tingkat suku bangsa karena biaya
pendanaan perusahaan langsung dipengaruhi oleh suku bunga.
Apabila bebagai
tipe manager memprediksi kondisi ekonomi maka mereka dapat membuat keputusan
perusahaan, mereka harus bekerja sebagai suatu tim. Jika tidak, prediksi
beberapa kondisi ekonomi mungkin bermacam-macam diantara para manager, yang
mungkin akan menyebabkan keputusan bisnis yang berbeda. Misalnya, jika manager
pemasaran manufaktur mobil mengharapkan tingkat suku bunga rendah, mereka akan
mengharap penjualan tinggi. Yang memerlukan produksi mobil yang banyak. Namun,
jika manager produksi mengharap suku bunga naik, mereka akan mengharap
penjualan turun dan mereka akan khawatir jika produksi besar maka akan
memnyebabkan persediaan yang banyak. Beberapa perusahaan menugaskan satu orang
atau departemen untuk mengembangkan prediksi pada seluruh kondisi ekonomi, yang
digunakan para manager pada semua fungsi bisnis. Dengan cara ini, semua manager
mengambil keputusan sesuai dengan prediksi kondisi ekonomi yang sama.
Dilema dari Pemerintah Faderal
Pemerintah Faderal menghadapi
delima jika ingin mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Apabila dapat memelihara
tingkat pertumbuhan ekonomi rendah, ia dapat menghindari tekanan kecenderungan
inflasi yang disebabkan oleh permintaan berlebihan akan produk. Suatu kebijakan ketat mengenai moneter atau
fiskal mungkin dapat digunakan untuk
keperluan ini. Kebijakan monetes ketat dapat menuju kepertumbuhan rendah dalam
persediaan uang dari waktu ke waktu. Dimana cenderung mendorong kenaikan tingkat
suku bunga. Ini akan menghambat pinjaman sehingga akan mengurangi total
pengeluaran dalam ekonomi. Sutau kebijakan fiskal yang ketat mengakibatkan
pajak tinggi dan pengeluaran pemerintah yang rendah.
Walaupu kebijakan
moneter dan fiskal ketat kan menekan inflasi menjadi rendah. Suatu timbal balik
(trade-off) yang kritis terlibat. Tingkat pengangguran mungkin akan
lebih tinggi apabiila terjadi stagnasi ekonomi. Pemerintah Federal dapat memepergunakan kebijakan yang lebih
stimulatif (seperti tingkat pajak yang rendah atau kebiijakan moniter yang
didesign untuk mengurangi tingkat suku bangsa) untummenggerakkan pertumbuhan
ekonomi. Walaupun kebijakan ini menaikkan pertumbuhan ekonomi, mereka mungik
juga dapat menyebabkan inflais yang lebih tinggi.
Jarang konsensus
dipakai apakah pemerintah harus mempergunakan kebijakan stimulatif atau ketat
pada waktu tertentu. Dalam akhir tahu 1990-an, pemerintah federal menggunakan
kebijakan moneter stimulatif karena inflasi sangat rendah dan tidak
mengantisipasi problem yang serius. Kenijakan moneter ini menolonh menaikkan
pertumbuhan ekonomi dalam periode bersangkutan.
Para manager
perusahaan biasanya cenderung memprediksi bagaimana kebijakan moneter dan
fiskal yang akan datang yang akan mempengaruhi kondisi ekonomi. Informasi ini
kemudian dipergunakan untuk memprediksi permintaan dari produk perusahaan,
biaya buruh dan bahan baku dan biaya bunga. Sebagai gambaran, misalnya pabrim
mobil memprediksikan tingkat suku bunga tahu
depan pada pinjaman konsumen akan turun 2 % prediksi suku bunga ini akan
digunakan untuk meprediksi permintaan
terhadap mobil perusahaan. Tingkat suku bunga rendah mungkin akan menciptakan
permintaan yang lebih tinggi, karen alebih banyak konsumen akan bersedia
membeli mobil baru. Misalnya, perusahaan percaya bahwa setiap 1% turunnya suku
bunga permintaan mobilnya akan naik 3%, jadi ini akan mengantisipasi 6% naiknya
volume penjualan dalam satu tahu.[8]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Keberhasilan suatu perusahaan sebagian tergantung pada lingkungannya.
Walaupun manajer suatu perusahaan tidak dapat mengendalikan lingkungan, mereka
dapat cenderung membuat keputusan bisnis yang menguntungkan dari lingkungan
atau yang menawarkan proteksi ntuk menolak kondisi sebaliknya. Untuk
melaksanakan ini mereka perlu mengerti bagaimana lingkungan bisnis mempengaruhi
perusahaan. Perusahaan mudah terpengaruh tiga bagian yang berbeda dari
lingkungan bisnis. 1) kondisi ekonomi, 2) kondisi industri, dan 3) kondisi
global. Bab 4 mengganmbarkan bagaimana kondisi ekonomi dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan. Bab ini juga menjelaskan bagaimana kebijakan pemerintah
mempengaruhi perusahaan secara tidak langsung degan mempegaruhi kondisi
ekonomi.
Kondisi ekonomi memberikan refleksi tingkat produksi dan konsumsi negara
tertentu, area atau industri. Kondisi ekonomi makro memberikan refleksi
keseluruhan ekonomi Amerika. Kondisi ekonomi mikro lebih difokuskan pada bisnis
atau industri yang menjadi perhatian.
Kondisi ekonomi
dapat mempengaruhi penerimaan atau pengeluaran suatu bisnis, jadi dapat
mempegaruhi nilai bisnis itu. Menggambarkan bagaimana kondisi ekonomi dapat
mempengaruhi kinerja dan nilai suatu bisnis,
B.
Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan yang sudah barang tentu
banyak kekeliruan baik dari segi materi,sistematika penulisan maupun dalam
hal penyampaian kami. Kami sadar bahwa
kami adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan. Maka
kami mohon akan kritik dan saran anda semua serta masukan-masukan yang bersifat
membangun demi masa depannya. Semoga makalah yang kami berikan ini bermanfaat
bagi pemakalah sendiri dan untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Bisnis
Pengantar, Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta, 2005.
Muhammad Husni Mubarok, Pengantar Bisnis, kudus, P3M
STAIN, 2010.
Jeff Madura, Pengatar
Bisnis Buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2001.
[1] Basri, Bisnis
Pengantar, Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta, 2005, hlm. 33-37
[2] Muhammad Husni Mubarok, Pengantar
Bisnis, kudus, P3M STAIN, 2010,
hlm. 81
[3] Jeff Madura, Pengatar
Bisnis Buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2001, hlm. 113-115
[4] Ibid, hlm.
115-117
[5] Ibid, hlm.
117-118
[6] Ibid, hlm.
126-127
[7] Ibid, hlm.
127-130
[8] Ibid, hlm.
131-134
No comments:
Post a Comment